Desaku yang Kucinta
Plokk….plok….plok…..
Ahhhhhh…… Pelaaaan diit
Ooohhhh….. Adit mau keluaarr buuu oookkhh……
“oohhhhhh……. Terima ini ibu ibuu lonteeehhhhh…… Uhhhh”
Crooooootttttt…….crooooottttt…..crooootttt…..
Oosshhh….hahhh…aaahhh…haaahhhh… Ooohhh
Ahhhh….. Sebuah kenikmatan yang tak pernah aku rencanakan sebelumnya, entah mengapa karena satu ketidaksengajaan mampu menjerumuskanku di dalam kenikmatan yang tabu ini. Sudah tak terhitung beberapa kali aku mencapai puncak kenikmatan ini, namun yang pasti semua kenikmatan yang kuraih ini hanya dengan para ibu ibu desaku yang memiliki daya tarik yang lebih dari ibu ibu umumnya.
Oiya, prekenalkan namaku Aditya syahputra yang biasa dipanggil adit, aku anak dari pasangan yang bernama astuti dan sujono. Saat ini aku berumur 23 tahun, tahun yang mana seharusnya aku sudah membangun asmara dengan seorang wanita yang nantinya akan aku pilih sebagai pendamping hidupku namun takdir berkata lain, aku malah terjerumus dalam lingkaran para wanita setengah baya yang menuntut hak yang tak ia dapatkan dari para suaminya. Awal mula kenikmatan ini terjadi pada 3 tahun yang lalu, tahun dimana aku berada diawal masa pubertas.
(5 tahun sebelumnya)
“yessss…. luluss” itulah kata kata yang aku ucapkan setelah acara wisuda purna siswa yang diselenggarakan disekolahanku. yups… Diumur 18 tahun akubaru saja lulus dari SMA, dimana yang menurutku sekolah adalah sebuah siksaan yang harus aku selesaikan.
Kenapa aku bilang sekolah adalah sebuah siksaan?
Yaaa…. Siksaan yang aku maksud adalah lebih ke bullying yang dilakukan teman sebayaku, setiap harinya aku dibully teman temanku karena memang kusadari aku terlahir tidak sesempurna teman temanku. Ya, perawakanku kurus, berkulit hitam dan berwajah yang sangat menyeramkan.
Namun dibalik ketidaksempurnaan tubuhku, tuhan memberikanku kecerdasan yang melebihi teman temanku hingga setiap tahunnya aku selalu rangking satu dikelas. Tapi mentalku begitu lemah, mungkin karena keseringan dibully teman temanku hingga membuat mentalku terjatuh.
Bukan hanya mental, aku juga memiliki sifat pemalu, bahkan setiap berbicara sama seseorang aku tak berani menatap wajahnya walaupun itu berbicara dengan pria sesama jenis, apalagi kalo sama wanita seumuranku, bisa bisa mandi keringat aku.
ahhhh…. Sudahlah,
Bruuummmm….. Brummm…..
dengan riang gembira aku pacu sepeda motorku dengan santai sambil mengekspresikan kegembiraanku dengan menyanyikan lagu lagu dangdut hingga sampai kerumah.
Malam harinya …….
“Broo… Ngopi yuk? Diwarung mbok mi, kek biasanya” Ajak temanku melalui pesan elektronik (whatsapp)
“Ayuukk…. ” Jawabku kemudian tanpa basa basi akupun berjalan kaki menyusuri jalan desa menuju warung pojok desa yang biasanya tempatku nongkrong tiap malam sama teman teman.
Oiya, walau aku selalu dibully sama teman teman sesekolahanku tapi itu semua tak berlaku dengan teman teman desaku, karena mereka sudah menganggapku sebagai sahabat
.
Seperti halnya orang nongkrong pada umumnya, diwarung itu aku bersama teman temanku ngobrol ngalir ngidul dari ngobrolin tentang asmara hingga ke obrolan serius tentang info info pekerjaan dari jam 7an hingga tengah malam.
Yaa, tak terasa jarum jam yang pendek sudah menunjukkan ke angka 1 dan tak terasa pula mataku sudah tak kuat menaha kantuk hingga kuputuskan untuk pulang dan disusul teman temanku yang ikut bubar dari tongkrongannya.
Aku berjalan menyusuri tempat yang sama saat aku berangkat tadi, lewat gang samping rumahku yang menghubungkan jalan pintas depan rumahku dengan jalan depan rumah tetangga belakangku, tepat di pertengahan gang atau tepatnya di pintu samping rumah tetangga belakanganku, aku berpapasan dengan sesosok bapak bapak yang barusan keluar dari pintu tersebut.
Oiya, rumah tetangga belakang rumahku tersebut hanya dihuni oleh sepasang suami istri yang bernama pak aman dan bu lilis, kenapa kok kubilang hanya? Karena mereka berdua tidak memiliki anak, entah apa yang salah dari pasangan ini hingga diumur yang sudah kepala 4 mereka belum dikaruniai seorang anakpun, tapi dengar dengar dari gosip bahwa pak aman lah biang keroknya.
Bu lilis
Nama : Lilis wati
Umur : 38
Tinggi badan : 150
Berat badan : 55
Gambar 1.1
Kuperjelas, rumah bulilis tersebut kira kira seperti gambar diatas, pintu samping rumahnya tepat berada di belakang (kandang sapi)
Kembali kecerita…
Apakah bapak bapak yang keluar dari pintu rumah tersebut adalah pak aman? Bukan, Ternyata bapak bapak tersebut bukanlah pak aman melainkan seorang bapak bapak yang bertubuh kecil gemuk dan berkulit hitam, yang kemudian taklama kukenali kalo ia adalah pak yanto tetangga jauhku.
“Apa yang dilakukan pak yanto ya?
Apa jangan jangan ada niatan jahat ya?… Pak yanto kan terkenal sbg orang nakal, bahkan terakhir ia harus berurusan dengan polisi karena kasus pencurian yang ia lakukan tempo hari.
Namun kecurigaanku tersebut terbantahkan saat dibelakang pak yanto samar samar terlihat sesosok wanita setengah baya yang kira kira berumur 40 tahunan, ya.. gk salah lagi kalo ia adalah bu lilis, apa yang sedang terjadi???
“Ada yang gk beres nih pasti” apa jangan jangan???, Ah… Masak sih?!
“Lo adit” ucap pak yanto seperti gugup menyadarkan pikiranku
“Eh… Iya pak yanto” jawabku yang malu malu dan ikut gugup pula. Ya inilah aku, entah mengapa saat berbicara aku selalu gugup dan kurang PD
Kuperhatikan bu lilis terlihat menghindar dengan berjalan mundur secara perlahan dan sedikit salah tingkah saat kuperhatikan, namun saat itu mereka diuntungkan dengan penerangan yang sangat minim sekali ditengah malam ini.
Merasa situasinya kurang enak akupun bergegas meninggalkan mereka berdua, saat aku menjauh bu lilis dan pak yanto terdengar sedang berbicara bisik bisik, entah apa yang ia bicarakan.
Dengan penasaran akupun menoleh kebelakang untuk memastikan apa yang mereka lakukan, dan damnnn!!!!! Saat aku menoleh kebelakang kulihat mereka sedang berbicara berbisik bisik sambil menatapku, dan sontak saja saat mataku dgn mata mereka berdua beradu pandang merekapun terkejut dan kulihat bu lilis menjauh masuk kedalam rumah dan menutup pintu tersebut.
………..
Didalam kamar, aku masih saja penasaran dengan kejadian tadi “apa benar bu lilis selingkuh dengan pak yanto?”, Apa iya mereka mesum dirumah bu lilis yang mana ada suaminya?” Atau jangan jangan mereka mesum dikandang sapi?”
Bicara tentang bu lilis aku malah terningat dengan kejadian saat kecil dulu, kejadian yang mana awal mulanya kenapa aku lebih terobsesi dengan wanita wanita setengah baya atau wanita yang dimasa puber kedua.
Teringat jelas saat itu aku masih duduk dibangku SD dimana pada hari itu aku dan teman temanku sedang bermain petak umpet di halaman sekitar rumahku.
“Satu dua tiga……” Suara salah satu temanku yang jaga sambil menutup matanya
Mendengar temanku yang mulai menghitung akupun bergegas mencari tempat persembunyian yang sulit untuk ditemukan, lama aku mencarinya namun tak kunjung dapat hingga temanku yang menghitung hampir mencapai 20.
“Tujuh belas, delapan belas….”
Dikala panik tersebut aku melihat pintu samping dikandang sapi bu lilis tersebut sedikit terbuka, tanpa pikir panjang akupun memasuki kandang tersebut dan menutup pintunya kembali, Untungnya didalam kandang ini sangat lebar jadi aku tak takut sapi ini menendangku.
“Emmmmooooouuuu……”
Seketika aku terkejut karena kebisingan sapi tersebut.
Saat mendengar auman sapi tersebut aku mulai mersa panik dan takut kalo pemiliknya datang kemudian menyuruhku keluar dari kandang ini, duuuhh…. Kalo aku keluar sekarang pasti kalah dong aku. Dengan berlagak seperti guru yang menyuruh diam para muridnya akupun meletakkan jari telunjukku ditengah tengah bibirku kemudian kukeluarkan seruan seruan yang menyuruh sapi ini untuk diam.
“Stttt ….. Sapi sapi, jangan rame ya” ucapku pelan sambil kutatap lekat lekat mata sapi tersebut
Saat mataku fokus menatap mata sapi, telingaku dikagetkan dengan suara guyuran air yang mengalir, seketika itu pula tatapan mataku buyar dan taklama kemudian sumber suara tersebut kuketahui dari mana asalnya.
Alangkah kagetnya saat tatapan mataku fokus ke suatu tempat yaitu dikamar mandi yang tak berpintu, kekagetanku bukanlah karena kamar mandi tersebut tidak dilengkapi dengan pintu tetapi didalam kamar mandi tersebut terdapat sesosok orang yang sedang telanjang dan mengguyur tubuhnya dengan air.
Byuuurr. …byuurr. ….byuuurr. …
Astaga, siapa itu?
Apakah itu bu lilis?
Waduuuhhh, mati aku… Bisa bisa dituduh ngintip nihhh…
Apa aku harus keluar saja ya?
Ehhh, tunggu tungguu…… Owhhhh, badannya mulus benerrr… Pantatnya gede banget” pikirku
Sejak kapan ada orang di kamar mandi ini? Aku kok baru tau?
Gambar 1.2a
Untunglah saat itu posisi bu lilis sedang membelakangiku, ahhh. … Gila, tubuh mulusnya baru pertama kali ini aku merasakan syahwat pada ibu ibu. Duhhh, apalagi pantatnya yang bulat berisi, seberapa empuk ya pantat bu lilis duuhh. Tak sadar kemaluan kecilku yang masih belum sunat ini ikut berdiri menikmati pemandangan ini…
Belum cukup ia memperlihatkan pantat nya yang montok, kali ini bu lilis merunduk runduk sambil nungging sambil menggayuh air di gentong yang kayaknya hampir habis, tak dapat di pungkiri kali ini bu lilis memperlihatkan adegan yang cukup hot menurutku, ahhh gila gila gila
Gambar 1.2b,c
Ahhhh, entah karena keasyikan melihat adegan ini aku mulai memijit mijit kemaluanku sendiri sambil menghayal bisa menggapai gundukan pantatnya dan meremas remanya hingga memerag, hingga tak sadar bu lilis berbalik arah yang tak lama kemudian ia tersadar ada sesosok anak kecil yang mengintipnya yaitu aku.
Woyyy…. anaknya siapa kamu?…” Tanyanya menggunakan nada tinggi
Anak mesum kamu, bangsat kamu ”
Aku pun tersadar akibat dari teriakannya, ku lihat bu lilis melilitkan handuk dan berlari sambil menjinjitkan kakinya karena basah, dengan panik aku membuka pintu tempatku masuk tadi dan berlari keluar tak memperdulikan tubuh mulus wanita setengah baya ini.
Anak bangsat, kamu anaknya sujono kan?…awas kamu ya. … Tak laporin kamu sama bapakmu!!!!” Teriak bu lilis dari dalam kandang tersebut, Dengan rasa ketakutan aku berlari sekencang kencangnya.
“Nahhh, adiiit kena kamu” ucap temanku kegirangan
Aku terus berlari dab Tak menghiraukan perkataan temanku ini, hingga sampe dirumah akupun masuk kedalam kamarku, didalam sana aku mengunci pintunya dan duduk dibelakang pintu tersebut, sambil gemetaran aku membayangkan bagaimana nasibku jika bu lilis benar benar mengadukan perbuatanku pada bapakku.
“Aduuuhhhh, gimana ini??”
“Bisa bonyok aku dipukulin sama bapak!?!” Pikirku sambil terus gemetaran
“Tapiii….. Aku kan gak sengajaa” pikirku berusaha menenangkan diriku
“Lagi pun aku tadi kan niatnya sembunyi bukan ngintip”
“Huuuuuhhhhhh….” Sedikit demi sedikit pikiranku mulai tenang
“Hmmm…. Tapi dilihat lihat bu lilis cantik juga ya? Hehehe…
Putih dan mulus pula”
Dengan pikiran mesum aku mulai mengelus elus kembali, kali ini tanganku yang kuselinapkan kedalam, sambil membayangkan bagaimana putih mulusnya kulit bu lilis yang di guyur dengan air yang jernih, nampak mengkilap kulit tersebut akibat air yang mengaliri kulitnya.
Semakin lama aku mengelus kemaluanku maka semakin cepat pula ritme elusanku hingga elusanku tersebut berubah menjadi kocokan, ahhhss……
Clokk ..clok. Colkkk. Cokkk lllookkkkcckk.
Clokkk. Clokkkk. .
Hingga akhirnya sebuah rasa geli menyerang kepala penisku, akkkkgggggg…. Enakkkk, geli benerrr, ooohhh bu lilisss…..
Cruuut. ….cruuuttt …..cruuutt.
Cruuutt…crutt
Cruutt…..
Ooohhh……
Hah….. Hah. ….
Ahhh, apa ini? Rasanya kok enak bangetttt??” Pikirku heran
Seketika nafsuku hilang kemudian pikiranku kini diselimuti rasa bersalah…….
<—kembali kecerita—>
Ahhhh…. Itulah tadi awal kisah aku mengenal yang namanya ngocok, awal mula pula aku mengagumi tubuh wanita setengah baya, bukan hanya bu lilis tetapi setiap wanita setengah baya yang cantik dan montok.
Hmmm….. Membayangkan kejadian tempo dulu membuat penisku semakin ngaceng tak karuan, karena nafsuku semakin meninggi akupun berniat untuk menuntaskannya dengan jariku sendiri. Namun sebelum aku melakukan ritualku akupun mengeluarkan barang berharga yang pernah aku ambil dan kusimpan sebagai alat pemuas nafsuku yang tak lain dan tak bukan adalah kancut dan kutang milik bu lilis
Gambar 1.3a
Daleman milik bu lilis ini aku curi secara diam diam saat bu lilis menjemurnya di gantungan tali depan rumahnya, aksi tersebut aku lakukan saat malam hari dimana kadang kadang bu lilis membiarkan jemurannya yang masih basah di depan rumahnya supaya besuknya tidak menjemurnya lagi.
Ahhh….. Kuturunkan celanaku kemudian kutarik penisku hingga keluar, kuusap usapkan kain kancut ini di penisku sambil membayangkan kancut ini sedang dipakai bu lilis, kucium cium kancut yang lain dengan hidungku mpshhhh…aaahhh. … Setelah ku elus elus penisku dengan kancut bu lilis akupun mulai mengocok pelan penisku naik turun.
Clookk ..lokkk. ..ckckckck ..
Cllokkk…kokkkll…ckckc…
Kunaikan ritme kocokanku hingga kembali sebuah rasa geli nikmat kembali menyerang batang penisku hingga membuatku tak tahan, mengetaui batangku yang sudah gak kuat lagi menampung mani yang ada dalam tubuhku akupun menyiapkan kancut bu lilis yang ku posisikan tepat di depan penisku. Kemudian …
Aakkkhh… Bu lilissss …..ooogg
Croooottt. …crooott…
Crooott ..crooott….
Crooot ….crooott …
Gambar 1.3b
Ahhhhhh,,,,………. Terasa nikmat sekaliiii…….
Haaahh…. Hah ….hah ….hah..
Dengan nafas yang ngos ngosan akupun merebahkan tubuhku kemudian dengan tak sadar aku tertidur pulas